Sabtu, 13 Februari 2016

resumebukudanielnuhamara



TUGAS PEMBIMBING PAK
  ME-RESUME BUKU PEMBIMBING PAK
Dari Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th

Disusun Oleh :
Pahala Mulatua Simanjuntak
15.04.11.6242 // Grup D PAK
Dosen : Ronny Simatupang, M,Pdk

UNTUK MEMENUHI TUGAS PEMBIMBING PAK PADA SEMESTER GANJIL
Tahun Ajaran 2015 / 2016


KATA PENGATAR

Sudah cuku lama ada keinginan untuk menulis buku terutama intuk pembimbing PAK yang saya anggap menjadi toeri PAK untuk menuntun baik mahasiswa teologi maupun pendidik  (praktisi) dalam PAK untuk memahami pertanyaan-pertanyaan mendasar (foundational questions) tentang PAK yang mencakup hakikat (apa?), tujuan (mengapa?), konteks dan setting (dimana?) pendekatan-pendekatan (bagaima?), kesiapan balajar (kapan?)., dan juga persepsi diri pendidik dan persepsi tentang naradidik (siapa?) dan juga peran ilmu-ilmu sosial dan teologi dalam PAK. Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab terlebih dahulu sebelum kita masuk ke dalam mata kuliah lain seperti PAK kategorial (anak,remaja/pemuda.dewasa), metode dan media PAK,psikologi dan PAK,teologi dan PAK, dan lain-lain.
Keinginan ini antara lain didorong oleh kenyataan bahwa sangat sedikit buku teks dalam bidang PAK yang tersedia dalam bahasa indonesia. Pada sisi yang lain, cukup banyak program studi PAK dikembangkan di berbagai tempat di tanah air, baik yang berada dalam STT/Fakultas Teologi maupun secara khusus di dalam STAK.
Saya persembahkan karya sederhana dan awal ini kehadapan pembaca, dengan harapan semoga bermanfaat menambah wawasan mengenai disiplin PAK dan juga tugas gereja mendidik (umatnya).


Selamat menyimak

                                                                                    Salatigo, Medio Mei 2007
                                                                                               



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................            
DAFTAR ISI .........................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................                       
A.  HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ..................
B.  TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN .....................
C.  KONTEKS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN
SETTING-SETTINGNYA  ..................
D.  SETTING PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN  ....................
     DALAM SEKOLAH ................................................................
E.   PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN KRISTEN ...........
F.   METODE DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ......
G.  KOPARTNER DALAM PENDIDIKAN AGAMA
     KRISTEN   ..................................................................................
H.  HUBUNGAN PAK DENGAN PSIKOLOGI DAN
     SOSIOLOGI  ...............................................................................
I.     PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN TEOLOGI ..............
HASIL RESENSI ..............................................................................
A.  Kelebihan .......................................................................................
B.  Kekurangan ....................................................................................
BAB III : PENUTUP ...................................................................................
A.  KRITIK ..........................................................................................
B.  SARAN ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

 



BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tugas gereja yang cukup strategis adalah tugas pendidikan atau pembinaan bagi umat atau jemaatnya . tugas ini dianggap penting karena bagaimana pun apa yang diinginkan terjadi bagi jemaat, baik secara individu maupun komunal hanya mungkin kalau ada tugas pendidikan atau apa pun namanya. Namun pada sisi lain, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa tugas pendidikan gereja tak hanya terbatas bagi komunitas imannya saja tetapi juga bagi masyarakat misalnya dalam pendidikan perdamaian di dalam suatu masyarakat yang dilanda konflik. Masyarakat tradisional sekalipun, selalu ada usaha sadar ataupun tak sadar untuk mewariskan indentitas kultural mereka dengan tujuan untuk mempertahankan indentitas kultural tersebut agar tetap terpelihara untuk generasi-generasi berikutnya. Istilah umum “tugas tranmisi” atau “penerusan”. Tugas pendidikan tidak hanya bertujuan utnuk mempertahankan warisan dan identitas kultural tersebut, namun juga berkaitan dengan pembaharuan atau transformasi dari identitas kultural tersebut agar generasi muda dari masyarakat itu berfungsi lebih baik dalam konteks masyarakat yang terus berubah dan berkembang.
Demikian halnya dengan komunitas agama, selalu melekat dalam dirinya tugas mendidik baik yang sifatnya transmisif maupun transformatif. Sifat tranmisif ini sangat penting dalam komunitas agama apa pun, karena ada keyakinan bahwa ada ajaran yang diyakini bersifat ilahi dan kebenaran patut dipertahankan dan dilanggengkan karena menyangkut identitas dan komunitas agamawi tersebut. Dimensi transformatif selalu dibutuhkan, karena pemahaman baru dan perkembangan pemikiran teologis maupun rumusan moral yang diyakini kebenarannya. Demikian halnya dengan tugas yang sementara kita sebut dengan istilah PAK selalu menyangkut transmisif atau reproduksi maupun transformasi atau rekontruksi oleh karena itu matakuliah ini merupakan dasar memahami seluruh aspek PAK, maka ia bersifat teoritis, atau dapat juga disebut teori PAK namun mempunyai fungsi menjelaskan dan menuntun praktis PAK.


BAB II
PEMBAHASAN

A.           HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Istilah-istilah yang Berkaitan dengan Tugas Pendidikan Gereja
            Setiap persekutuan sosial selalu mempunyai identitas kultural. Tentu saja ciri atau identitasnya adalah kesukuan dengan budaya yang ada dalam suku itu. Berdirinya organisasi  atau persekutuan sosial tersebut pasti mempunyai tujuan dan tugas atau visi dan misi, antara lain memelihara dan melestarikan nilai-nilai yang menjadi cirinya. Demikian juga gereja sebagai suatu kelompok sosial yakni persekutuan iman, pasti mempunyai identitas (kultural) dalam hal ini yang berkaitan dengan persekutuan sosial yang lain. Tetap ada dan hidup dengan identitasnya, tentunya telah melekat suatu tugas gereja itu yang disebut sebagai tugas tranmisi (pewarisan) identitasnya, serta menolong setiap warga jemaat untuk menghayati lebih  mendalam identitas tersebut. Secara teologis kita mendefenisikan geraja sebagai persekutuan orang percaya. Yang mempersekutukan mereka adalah kepercayaannya atau imannya kepada Allah yang menyatakan diri dalam yesus kristus. Istilah-istilah tersebut dalam bahasa inggris adalah : Religius Education (pendidikan agama), Christian Education (pendidikan kristen),  Christian Religious Education (pendidikan agama kristen), Christian Narture (asuhan kristen) Religious Instruction( pengajaran agama-wi, katekese dan lain–lain. Pendidikan dalam dimensi religius manusia ini dilakukan dari perspektif agama Kristen dengan content (isi) mengenai kekristenan.
1.             Hakikat PAK
1.1         Pendidikan
a.             Pendidikan dilihat dari sudut etimologi.
Konsep pendidikan sebagaimana ditunjukkan oleh arti etimologisnya.
·                     Tiga dimensi penekanan/waktu : yakni tekanan tentang masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Aktivitas membimbing itu dibawa serta apa.
·                     Yang telah dimilki (misalnya pengetahuan) baik oleh pendidik maupun peserta didik, mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri secara sadar. Yang dimaksud dengan dimensi waktu masa kini adalah proses ayau aktivitas yang sedang belangsung atau menemukan sesuatu. Yang dimaksud dengan dimensi waktu masa yang akan datang adalah ke arah mana usaha tersebut dibawa (tujuan), atau dapat juga masa depan yang hendak dituju.
·                     Tiga asumsi dasar dan perhatian: pertama, asumsi dan perhatian terhadap masa lampau. Asumsi ini melahirkan suatu perhatian bahwa kita perlu memeliharaapa yang telah diketahui sebagai warisan umat manusia. Akan tetapi pengetahuan itu datang kepada kita melalui masa lampau dari umat manusia, yakni buah dari pengalaman serta percobaan-percobaan dari manusia sebelum kita. Dalam konteks aktivitas pendidikan, modal peradaban yang tersimpan secara khas diorganisasikan dalam tradisi-tradisi pengetahuan serta disiplin-disiplin ilmu. Kita dimotivasikan untuk mendidik agar melalui warisan masa lampau dari umat manusia, kita dapat membangun masa kini dan masa depan bagi kita maupun peserta didik kita. Kedua, Oleh karena itu, pengetahuan sebagai suatu kemungkinan harus dipahami/diambil bagi diri sendiri melalui proses masa kini. Mereka yang lebih bijak akan mengakui bahwa untuk sungguh menjadikan pengetahuan seperti itu sebagai miliknya sendiri, peserta didik harus masuk ke dalam suatu perjumpaan aktif pada masa kini dengan warisan masa lampau tersebut. Dari pengalaman masa kini kita dapat juga mengetahui apa yang belum diketahui sebelumnya (pengetahuan baru), pengetahuan baru harus dihargai dan dipromosikan. Oleh sebab itu, pengalaman masa kini menambah jumlah warisan pengetahuan. Ketiga, asumsi dan perhatian akan masa depan. Sebagaimana sudah dikatakan bahwa dalam semua aktivitas pendidikan ada suatu dimensi yang belum dicapai, yakni suatu aktivitas membimbing keluar menuju pada proses mengetahui yang belum direalisasikan. Asumsi yang menggarisbawahi dimensi kegiatan pendidikan ini adalah jika kita hendak mencapai masa depan yang berguna, maka kita harus mendidik ke arah itu.

1.2         Agama dan Pendidikan Agama Kristen.
Defenisi tentang agama disebabkan oleh dua hal. Pertama adanya tradisi agama yang bermacam-macam (berbeda-beda). Kedua, adanya disiplin akademik yang bermacam-macam yang berusaha memahami fenomena agama tersebut. Manusia pada dasarnya selalu mencari yang supranatural atau kesadaran religius, kesadaran akan adanya supranatural ini dan relasi dengannya mereka itu, diberi wujud dalam bentukyang bermacam-macam, dan agama berurusan dengan hal-hal tersebut.
1.3       Istilah Kristen Dalam Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan agamawi tersebut dilakukan oleh dan dari tradisi agamawi tertentu,maka tradisi agamawi itulah yang seharusnya menamai dan mencirikan pendidikan agamawi tersebut. Jika pendidikan agamawi tersebut dilakukan oleh dan dari dalam tradisi agamawi tertentu, maka tradisi agamawi itukah yang seharusnya menamai usaha pendidikan agamawi tersebut adalah: Pendidikan Agama Kristen. Jadi makna kata kristen dalam istilah pendidikan agamawi kriste di sini adalah bahwa pendidikan agamawi itu dilakukan oleh persekutuan iman kristen (orang kristen) dari perspektif agama kristen.
                                     
B.            TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pengertian Tujuan PAK
Dibagi atas 3 konsep yaitu :
·                     Aims adalah tujuan yang diusahakan untuk dicapai pada akhirnya (secara mutlak) misalnya tujuan usaha pendidikan di dalam gereja adalah untuk menolog aggota-aggota gereja bertumbuh menuju kedewasaan kristen.
·                     Goals adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu- kegiatan pendidikan yang dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan, satu bulan atau beberapa kali pertemuan.
·                     Objectives adalah tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar-mengajar dalam satu kali tatap muka.
Dalam rangka memahami tujuan akhir aims dari PAK, pertama-tama Groome mempertanyakan “ apakah sesungguhnya maksud Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan ini?” bahwa jawaban itu disebut sebagai metapurpose dari PAK. Dalam rangka itu konsep alkitabiah yang menggambarkan maksud Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan_Nya. Dan memilih konsep Kerajaa Allah sebagai konsep kunci. Maka metepurpose dari PAK dapat dirumuskan bahwa, tujuan akhirnya adalah agar manusia menjalani hidupnya sebgai respons terhadap kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus.
1.             Kerajaan Allah di dalam Perjanjian Lama
Kerajaan Allah berarti pemerintahan maupun kekuasaan Allah yang aktual di dunia baik sebagai pencipta maupun pemelihara_Nya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Allah peduli atau menaruh perhatiaan kepada ciptaan_Nya. Kel 15:18; mzm 145:13; mzm 47:3; yer 10:7-10. Penggenapan kerajaan Allah akan berarti pemenuhan dari semua
keinginan dan kebutuhan manusia yang autentik, yakni bahwa Allah menghendaki kasih, keadilan, dan kemenangan yaitu suatu akhir dari segala penderitaan manusia. Yes 25:6-8; yes 2:4; mzm 98:1-2. Visi Allah untuk semua ciptaan untuk semua ciptaan adalah bahwa segala sesuatu akan berada di bawah pemerintahan Allah yang sempurna dimana akan terjadi: perdamaian, keadilan, kebagiaan dan kebebasan. Pemerintahan Allah ini akan terjadi sebagai suatu anugerah oleh kuasa Allah. Artinya bahwa Allahlah yang menghadirkan kerajaan Allah serta menyelamatkan manusia. Namun kerajaan Allah menuntut respon tertentu dari manusia, maka jika umat Allah hendak hidup dalam hubungan perjanjian dengan Allah, mereka harus hidup sesuai dengan kehendak Allah. Yes 58:6-7
2.            Kerajaan Allah Dalam Pemberitaan Tuhan Yesus
Tuhan Yesus dalam pemberitaan_Nya, Allah aktif menghadirkan Kerajaan Allah. Karena itu, ia tidak hanya memberitakan Kerajaan Allah, tetapi malah menghubungkan Kerejaan Allah dengan pelayanan maupun dengan pribadi_Nya. Ia menunjuk kepada tanda-tanda ajaib sebagai bentuk yang kelihatan dan bersifat fisik dari kehadiran Kerajaan Allah. Ia mengajarkan hukum kasi sebagai hukumutama dalam Kerajaaan Allah. Salah satu respon yang cocok untuk Kerajaan Allah adalah metanoia (pertobatan) yakni suatu perubahan dalam hati melalui cara hidup yang sesuai. Hal ini merupakan perintah bagi manusia untuk mengasihi dan melayani sesama seperti yang dikendaki Allah. Tetapi ia memerintahkan mereka untuk mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya (mat 6:33). Berarti juga kita perlu memberitakan apa yang diberitakan Tuhan Yesus, yakni tentang Kerajaan Allah sendiri.
3.            Kerajaan Allah dalam Teologi-teologi Kontemporer
Iman Kristen
Memiliki tiga dimensi yang esensial yakni :
a.                   Suatu keyakinan/kepercayaan
b.                  Suatu hubungan mempercayakan diri
c.                   Suatu kehidupan yang dijalani dalam kasih agape
Iman sebagai Kepercayaan
Iman kristen mempunyai dimensi kepercayaan apabila ia mendapatkan perwujudannya dalam kehidupan manusia. Iman kristen menghendaki agar didalamnya ada suatu keyakinan dan percaya tentang kebenaran-kebenaran yang diakui sebagai esensi dalam iman kristiani.
Iman sebagai Tindakan
Dalam injil matius Tuhan Yesus mengatakan bahwa bukan mereka yang berseru pada Tuhan yang akan selamat, melainkan mereka yang melaksanakan kehendak_Nya. Dalam dimensi tindakan ini memperoleh perwujudan dalam kehidupan yang dijalani dalam kasih agape yakini mengasihi Allah dengan jalan mengasihi sesama manusia. Iman kristen yang dihayati dengan benar, menutut tindakan atau pelaksanaan dari apa yang diketahui. Dengan kata lain iman ada dalam tindakan, yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (yak 2:26). Dengan demikian, iman kristen sekurang-kurangnya mempunyai tiga aktivitas esensial: mempercayai, menyakini, dan bertindak. Dimensi bertindak  ditunjukkan oleh kalimat yang dihayati hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan selaku anggota tubuh krsitus yang hidup.

C.           KONTEKS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN SETTING-SETTINGNYA
 Identitas pribadi dan sosiolisasi
Lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan identitas diri seseorang. Beberapa konsep pembentukan identitas diri. Pertama, eksternalisasi. Sebagai manusia kita tidak dapat hidup sebagai unit-unit yang dapat berdiri (serba lengkap) dalam ruang lingkup tubuh kita. Untuk mengeksternalisasikan diri sendiri, kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan dan kapasitas serta kemungkinan kita, kita harus masuk bersama-sama denga orang lain ke dalam kolektivitas. Kedua, obyektivikasi. Struktur sosial dan pola-pola budaya hasil dari aktivitas eksternalisasi merupakan realitas sosial yang menciptakan batasan-batasan tertentu dimana anggota-anggotanya diharapkan bertingkah laku. Ketiga, internalisasi. Setelah mengeksternalisasikan sendiri ke dalam kebudayaan dan masyarakat itu hidup nilai-nilai kebudayaan dan masyarakat itu hidup dari dirinya sendiri, maka penguatan serta pembatasan-pembatasan dunia ini sekarang dibawa kepada kesadaran dan menjadi milik seseorang secara pribadi. Pola bertindak dari lingkungan sosial budaya menjadi milik sendiri adalah proses internalisasi. Hal inilah yang menjadi dasar dari identitas diri
Setting PAK dalam Keluarga
Keluarga itu merupakan setting pertama dan utama dalam PAK. Karena peran orang tua dalam mengasuh anak-anaknya adalah sangat penting. Ketika orang tua menjalankan peranan pendidikannya terhadap anak, ia sendiri belajar untuk bertumbuh dalam iman di dalam dimensi tindakan atau sikap bahkan pengetahuan.
1.             Landasan Teologis dari Keutamaan Hak dan Kewajiban Orang Tua
Ulangan pasal 6:1-7 mengatakan mereka sendiri harus berpegang dan menjalankan hukum-hukum Tuhan itu. Tetapi selanjutnya ada keharusan pula untuk mengajarkannya kepada anak-anaknya berulang kali dan membicarakannya dalam pada waktu ia duduk di rumah atau sedang dalam perjalanan, apabila sedang berbaring atau bangun. Amsal 1:8 “ Hai anakku, dengarkanlah didikan ayamhmu, dan jangan menyia-yiakan ajaran ibumu”. Orang tua tidak hanya mempunyai kewajiban tetapi sekaligus berhak untuk mendidik anak-anaknya artinya tidak ada lembaga lain yang melebihi hak orang tua dalam mendidik anak-anaknnya. Inilah landasan filosofid teologis dari keutamaan hak dan kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
2.             Peranan yang Strategis Dari PAK dalam setting Keluarga
Pertama, ilmu-ilmu sosial mengklaim bahwa ligkungan sosial itu mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk identitas diri seseorang. Dalam sosialisasi primer ini kita artikan sebagai proses pembentukan identitas diri seorang. Kedua, berkaitan dengan setting dimana PAK terjadi yakni keluarga kristen. Agar tejadi sosiolisasi yang efektif, orang tua harus menjadi model yang baik dari iman kristen agar menjadi panutan yang efektif bagi internalisasi sistem kepercayaan, nilai, dan pola tingkah laku kristiani.
3.             Peranan Gereja Terhadap PAK Dalam Setting Keluarga
Pada level jemaat lokal maupun secara bersama-sama gereja perlu melakukan sesuatu untuk memungkinkan para orang tua memainkan peranannya dengan baik sebagai pendidik utama bagi anak-anak  mereka. Gereja pelu melakukan usaha-usaha untuk menolong para orang tua memainkan peranannya sebagai pendidik utama bagi anak-anak mereka. Hal ini biasa dikenal dengan Parenting Education.
4.             Hal-hal Praktis yang Dapat Dilakukan Orang Tua Dalama Setting Keluarga
Keluarga kristen adalah tempat yang terbaik untuk terjadinya proses sosialisasi primer bagi anak-anak kisten. Sifanya formal berupa pengajaran orang tua bagi anak-anaknya. Berikut contoh praktis tentang apa yang dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya di rumah. Pertama, orang tua perlu menciptakan suatu iklim yang biasanya disebut “home” bagi anak-anaknya diman ada suasana kehangatan dan kasih serta penerimaan terhadap anak-anaknnya sebagaimana adanya. Kedua, dari hari ke hari orang tua perlu menjadi model yang dapat dicontoh dalam tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai kristen baik dalam perlakuan terhadap sesama aggota keluarga maupun terhadap orang-orang lain yang dapat dialami dan diamaati oleh sang anak. Ketiga, orang tua mengusahakan kesempatan diman kepercayaan dan nilai-nilai kristen diekspresikan. Keempat, semua yang telah dikemukakan dari pertama sampai ketiga mungkin lebih cocok untuk proses sosialiasi.

Setting PAK Dalam Jemaat
Setting gereja terjadi dalam beberapa bentuk seperti jemaat loka, gereja-gereja pada aras interdenominasi. Pada jemaat lokal, karena disanalah usaha PAK berjalan dalam basis yang rutin setiap minggu bahkan tiap hari.
1.             Landasan Teologis Dari Gereja sebagai Setting PAK
Konsep ini menekankan soal keterkaitan atau keterhubungan orang percaya satu sama lainnya bagaikan hubungan antara satu anggota tubuh dengan anggota tubuh yang lain. 1 kor 12. Ketika Tuhan Yesus memanggil para murid_Nya, maka kelompok murid ini dapat kita sebut embrio dari generasi kristen, disan apun mandat pendidikan itu sudah ada. Tuhan Yesus tidak hanya sekedar memanggil murid-Nya untuk mengikuti dia tetapi mendidik dan mempersiapkan mereka untuk kelak menjadi pendidik di kemudian hari. Di dalam konsep gereja sebagai Tubuh Kristus terjadi banyak hal termasuk tugas pendidikan yang memungkinkan pertumbuhan anggota secara pribadi tetapi juga pertumbuhan jemaat secara bersama-sama ef 4:11-16.
2.             Gereja Dalam Arti jemaat Lokal Sebagai Setting PAK
Yang dimaksud dengan jemaat lokal di sini adalah persekutuan-persekutuan orang-orang percaya yang terikat dalam suatu organisasi pada tingkat lokal. Jemaat lokal sebagai setting PAK harus dilihat sebagai kumpulan orang-oranng percaya yang berinteraksi denganberbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki Allah dari jemaat_Nya. Yakni demi transmisi iman kristen dan menolong pertumbuhannya yang penuh dalam diri warga gereja.
3.             Bentuk-bentuk PAK Dalam Setting Jemaat Lokal
Perlu dikembangkan PAK kategorial (PAK Anak-anak, PAK Remaja dan pemuda serta PAK Orang dewasa, persekutuan ibu-ibu) dalam

D.           SETTING PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
 DALAM SEKOLAH
Sekilas Sejarah Pendidikan Agama di sekolah Pemerintah
1.             Periode Prasekolah Pemerintah (Negeri)
Dalam periode prasekolah pemerintah, pendidikan diselenggarakan oleh badan-badan agamawi mempunyai sistem pendidikan khusus yang bertujuan untuk mentransmisikan tradisi agamanya atau tujuan proseselitisasi. Berikut ini berbagai sistem organisasi. Pertama, sistem pendidikan Hindu dan Buddha. Agama Hindu dan Budha telah dianut oleh banyak oleh banyak orang indonesia sejak abad pertama. Dapat dikatakan bahwa, pendidikan yang diberikan oleh guru-guru agama bertujuan untuk mempromosikan atau meningkatkan kehidupan agamawi dalam diri anggota persekutuan agamawi khususnya generasi muda. Diselenggarakan dalam sebuah bangunan yang disebut padepokan;dibangun di sekitar candi dengan fungsi yang bermacam-macam. Kedua, sistem pendidikan islam. Agama islam diperkenalkan kepada orang indonesia oleh pedagang-pedagang arab, india dan persia. Tujuannya adalah untuk mendidik kader-kader yang kelak menjadi pembawa panji islam, ada juga sistem pendidikan islam yang muncul sekitar abad XX yang disebut madrasah khususnya bagi anak-anak. Ketiga, sistem pendidikan kristen. Kekristenan di indonesia dibawa oleh para misionaris eropa yang datang bersama dengan pedagang eropa, yang tujuan utama untuk berdagang tetapi kemudian menetap bahkan menjajah indonesia. Sekolah-sekolah ini dipandang sebagai alat proselitisasi. Oleh karena itu, setiap misionaris adalah guru agama dan juga guru sekolah. Dalam bidang pendidikan VOC mendirikan sekolah rakyat tiga tahun dan memilki kantornya sendiri. Tujuan utama dari sekolah-sekolah ini adalah mendidik pekerja-pekerja yang kompeten untuk kegiatan perusahaan dan juga memajukan kekristenan.
2.             Periode pemerintahan Hindia Belanda (1848-1942)
Pemerintahan mulai melakukan kegiatan pendidikan dengan sekolah dasar tiga tahun (1848), SMU dan Teknik (1860) dan SPG (1870) dan berkembangnya Departemen pendidikan pada tahun 1867 dan pemerintahan yang sebenarnya telah dimulai. Pada periode 1871 Pemerintahan hindia belada memutuskan bahwa agama tidak boleh diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah pemerintahan.
3.             Periode pendudukan Jepang (1942-1945)
Pendidikan agama terhenti sama sekali dalam semua bentuk sekolah.
4.              Periode Kemerdekaan 1945 Hingga Kini
Menyerahnya jepang, pendidkan nasioanl mulai diperkenalkan dan sekolah negeri pun didirikan. Pendidikan agama di sekolah negeri dicirikan oleh pergulatan antara kekuatan-kekuatan sosial politik dalam masyarakat dan parlemen.
Sifat Pendidikan Agama Dalam Sekolah
Sifat atau karakter dari pendidikan agama dalam sekolah. Kita telah melihat di atas bahwa dalam negara-negara barat sekuler, pendidikan agama seperti yang kira mengerti di indonesia tidak ada tempat dalam kurikulum sekolah. Atas dasar itu, maka kita dapat menggolonggkan jenis pendidikan agama dalam sekolah negeri dalam dua kategoti besar yaitu :
·                     Apa yang dapat dikategorikan sebagai pendidikan dalam iman. Kepercayaan religius, tradisi dan praktik agamawi kolektif dari suatu kelompok umat diman kelompok itu menginditifikasikan diri sebagai suatu persekutuan iman.
·                     Apa yang bisa kita sebut education religion. Disini dalam agama memberi kontribusi terhadap pendidikan umum peserta didik. Dengan berbekal pengetahuan tentang apa mereka mungkin dapat mempertimbangkan bahwa agama adalah suatu bentuk pengetahuan dan pengalaman serta upaya pencarian makna dalam hidup manusia.
Peranan Strategis PAK di Sekolah
Perenan strategis keluarga jelas terletak fungsinya sebagai tempat dimana sosialisasi primer terjadi secara intensif yang di dalamnya mencakup kepercayaan, sistem nilai dan pola tingkah lakuyang kristiani. Sedangkan jemaat pada pihak lain adalah tempat diman ibadah serta kehidupan dan misi gereja paling baik disosialisasikan, melalui interaksi anak dengan anggota gereja yang lain dalam berbagai kategori usia. Sekolah tempat dimana proses belajar-mengajar, dalam arti formal terjadi secara sistematis dan dalam waktu yang cukup lama dengan kurikulum yang jelas berjenjang TK sampai PT.
PAK di Setting Sekolah Kristen
·                     Sebagai alat kesaksian dan alat mendemostrasikan injil pemasyuran Kerajaan Allah.
·                     Sebagai alat pelayanan yang terpanggil untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan rakya baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif
·                     Sebagai alat komunikasi antara gereja dan masyrakat yakni menumbuhkan pengertian tentang keberadaan sifat dan maksud gereja dan umat kristen dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat.

E.            PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pandangan Para Penganut Pendekatan Sosialisasi
Pendekatan yang telah dikembangkan oleh para ahli menyebutkan sekurang-kurangnnya ada lima macam cara para ahli PAK mendekati teori dari praktik PAK. Kelima macam cara pendekatan itu diberi nama : pengajaran agama, persekutuan iman, perkembangan, pembebasan, dan interpretasi. Berikut pandangan pendukung dari para ahli
1)             Horace Bushel (1802-1876)
Berpendapat bahwa perlu di dorong untuk mengalami kontroversi pertobatan radikal dalam iman yesus kristus. Pandangan tokoh revivalist pada waktu itu adalah sebagai berikut: oleh karena kerusakan total manusia, maka anak-anak tidak dapat bertumbuh dalam kehidupan iman kristen, kecuali kalau mereka mengalami peristiwa lahir baru.
2)             George Albert Coe (1862-1951)
Berpendapat bahwa interaksi sosial adalah inti dari PAK  bukan hanya sebagai proses melainkan juga contoh. Jadi isi yang utama dari PAK harus ditemukan dalam relasi-relasi dan interaksi-interaksi masa kini antara orang-orang.
3)             Ellis Nelson
Berpendapat bahwa suatu persekutuan iman  ditemukan dalam suatu persekutuan orang-orang percaya yang menyadari dirinya dan cukup permanen di suatu tempat yang memungkinkan adanya hubungan tatap muka antara satu anggota dengan anggota lainnya dalam situasi, dan cukup stabil untuk berfungsi sebagai kelompok bersama.


Pendekatan Model Sekolah-Pengajaran
Pada prinsipnya, PAK  yang menggunakan model atau paradigma sekolah-pengajaran meniru persis apa yang terjadi dalam setting pendidikan formal yang namanya sekolah, dimana terjadi pendidikan dalam bentuk pengajaran. Ciri dari pengajaran sekolah adalah dengan menyebutkan struktural, maka factor guru, materi pelajar, dan lingkungan memang selalu harus ada. Identitas diri dibentuk lingkungan sosial dengan siapa kita berinteraksi, maka kita mau mengembangkan identitas diri yang kristen dibutuhkan proses sosialisasi yang juga bernuansa kristen. Namun harus disadari bahwa ini ada batasnya. Tidak ada satu persekutuan agamawi pun yang sempurna. Dengan demikian pendekatan dialektis menghindarkan kita dari kekurangan pendekatan sosialisasi secara ekstrim, maupun kelemahan pendekatan sekolah pengajaran secara ekstrim pula.

F.            METODE DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pengertian dan Pentingnnya Metode Dalam PAK
Apakah mengajar itu?
Pendidikan secara umum kadang dianggap sebagai ilmu tetapi sesungguhnya merupakan gabungan dari unsur ilmu dan seni. Jadi mengajar yang sesungguhya adalah bagaikan penciptaan kondisi-kondisi yang memungkinkan orang lain belajar, jadi apa yang dilakukan oleh guru atau pengajar adalah menyajikan materi atau bahan dan menciptakan lingkungan yang kondusif (mendukung), utnuk terjadinya proses belaja di dalam diri peserta didik. Sudah tentu pengajar atau guru perlu terus belajar sementara ia juga mengajar. Jadi tidak hanya murid yang belajar untuk diri mereka sendiri tetapi guru juga harus belajar bagi dirinya sendiri. Berikut beberapa metode yang dipakai oleh Tuhan Yesus.
·                Metode Ceramah
Tuhan Yesus  berusaha Menyampaikan pengetahuan kepada murid-muridnya atau menafsirkan pengetahuan tersebut.( mat 5:7) (mat 10:7) (mat 5-6) (mat 10:40-42)
·                Menghapalkan
·                Dialog
Yesus sering mengajukan pertanyaan yang sebelumnya diajukan kepada_Nya.
(yoh 4)
·                Studi Kasus
Perumpamaan-perumpamaan yang diceritakan oleh Tuhan Yesus sesungguhnya merupakan studi kasus.
·                Perjumpaan
“tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
·                Perbuatan Simbolis

Cerita dan Bercerita Dalam PAK
Dikategorikan untuk kelompok  besar dan kelompok kecil. Untuk kelompok kecil misalnya: brain-storming, buzz group, studi kasus, diskusi, pendidikan agama, induktif, dan lain-lain. Sedangkan metode yang cocok untuk kelompok besar misalnya: ceramah, debat, demonstrasi, drama, role play, dan lain-lain.
1.             Apakah cerita itu?
a.              Permulaan yang berfungsi untuk memikat perhatian pendengar.
b.             Perkembangan yang membangkitkan rasa ketegangan dan rasa ingi tahu yang semakin meningkat mengenai akhir cerita.
c.              Pemecahan atau klimaks yang merupakan puncak dari cerita yakni saa rahasia terbuka.
d.             Penyelesaian atau penutup yang singkat yang megakhiri pergumulan dalam cerita dengan cara yang membuat pendengar merasa puas dan lega.
2.             Apakah Manfaat Cerita?
Yakni untuk menikamati sebagai cerita dan untuk menyampaikan konsep ajaran dalam bentuk cerita.
3.             Bagaimana Menyajikan Cerita Alkitab Kepada Siswa Usia Anak (SD)?
a.              Guru harus mengenal cerita itu ( kita tidak dapat mengajarkan sesuatu yang kita sendiri belum mengetahuinya)
b.             Guru harus percaya kebenaran cerita itu (kita tidak menyakinkan orang lain untuk hal yang kita sendiri tidak yakin)
c.              Guru harus menghargai cerita itu ( kita tidak bisa membuat siswa tertarik kepada apa yang tidak menarik bagi kita)
d.             Cerita harus diceritakan dan bukan hanya dibacakan kepada siswa ( bagi siswa umumnya, cerita yang disampaikan dengan cara dibacakan, adalah kurang hidup dan kurang menarik perhatian.
e.              Cerita harus disampaikan secara hidup dan penuh semangat. Apabila pengajar belum bisa membayangkan sendiri, tidak mungkin peristiwa-peristiwa dalam cerita dapat digambarkan secara hidup kepada siswa.

Cara Menyampaikan Cerita Dengan Cara yang Hidup
a.              Perhatikan soal-soal teknis biasa.
·                     Pakailah kata-kata dan susunan kalimat yang sederhana
·                     Pakailah suara yang enak didengar
·                     Bercerita hendaknya jangan terlalu cepat
·                     Mulailah dengan permulaan yang menarik perhatian para siswa.
b.             Usahakan supaya ada cukup variasi
·                     Bercritalah dengan cara yang baik seolah-olah sedang melihat sendiri.
·                     Ambil lah peranan para pelaku dalam cerita itu.
c.              Cobalah membuat cerita menjadi terasa rill bagi siswa
·                     Kata-kata dan nada suara dapat menimbulkan daya tarik
·                     Gerakkan daya kayal siswa.

G.           KOPARTNER DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Peserta Didik Dalam PAK Peserta didik adalah saudara sepengembaraan dalam kurun waktu tertentu bersama dengan kita sebagai pendidik. Semua mereka mempunyai cerita/pandangan hidup sendiri dan juga tujuan sendiri.
1.             Peserta Didik Adalah Subyek dan Bukan Obyek
Peserta didik kita harus diperlukan sebagai subyek terutama karena kita percaya sesuai dengan antropologi alkitab bahwa semua orang diciptakan menurut gamabar dan rupa Allah. Sebagai subyek, maka perserta didik kita mempunyai hak untuk emgatakan kata-kata mereka sendiri dan untuk memberi nama kepada realitas mereka sendiri.
2.             Peserta Didik Dipanggil dan Mampu Untuk Menjadi Pencipta-pencipta Sejarah
Memperlakukan peserta didik sebagai subyek-subyek dan pencipta sejarah, menghendaki suatu pergeseran yang pokok dalam kesadaran kebanyakan para pendidik PAK. Oleh karena itu, kita pada waktu masih pelajar, pernah diperlakukan dengan cara bertentangan dengan apa yang digambarkan di sini, sehingga kita cenderung meniru model, yakni  mengajar sebagaimana kita dulu diajar. Tugas kita adalah untuk memperlakukan mereka sebagai subyek dan menolong mereka merealisasikan potensinya sebagai pencipta sejarah, demi terwujudnya tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia ini dalam realitas sosial.
Persepsi Tentang Pendidik Dalam PAK
Pendidik dalam PAK bukan hanya sekedar penolong pendeta, bilamana mereka ini terlalu sibuk. Akan tetapi pada pihak lain hak mendidik bukanlah hak khusus dari pendidik saja dalam PAK, karena pelayanan-pelayanan lainpun sesungguhnyamempunyai kewajiban untuk mendidik. Satu statement yang mengambarkan hal itu misalnya
a.              Setiap bentuk pelayanan di dalam gereja yang mula-mula mempunyai tugas mewakili kristus, yang bangkit dengan pelayanan dalam bentuk apa pun baik kepada persekutuan iman maupun dunia.
b.             Sudah ada pemahaman sejak awal bahwa pelayanan dari pendidik adalah untuk menjadi pelayan firman, yang mempunyai kesamaan dengan penginjil dan nabi.
c.              Kita perlu mengigat bahwa jikalau kita hendak memenuhi dimensi inkarnasi dari tugas pelayanan kita, maka firman itu harus diterapkan dalam hidup kita terlebih dahulu.
d.             Peranan kita sekali lagi bukan mengganti, tetapi mewakili kristus.
 Maka tanggung jawab kita sebagai pendidik dalam konteks ini adalah :
·                     Menhadirkan the story artinya mempunyai dimensi keimanan
·                     Untuk menawarkan atau mengusulkan visi artinya kita harus tetap berada dalam dialektis tersebut yakni antara kontroversi dan pembebasan dan juga suatu usaha untuk mempertahankan kesetiaan yang mendua kepada aoa yang sudah ada dan apa yang belum.
·                     Untuk memilih kehidupan yang bermakna artinya pengakuan akan keberkatan dan potensi dari eksistensi manusia. Kehidupan adalah untuk diakui, dipilih, dijalani, dan dinikmati dalam kepenuhan sukacita.

H.           HUBUNGAN PAK DENGAN PSIKOLOGI DAN   SOSIOLOGI
1.             Agama
Agama adalah suatu dorongan dan visi yang tertinggi dari seorang individu. Agama memperoleh mitos, ritual, dan aturan. Agama mempunyai akar dalam pengalaman manusia yang kongkret
2.             Psikologi
Tujaun dari psikologi adalah untuk menemukan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan generalisasi tentang orang atau manusia, yang akan membawa kita kepada suatu pemahaman yang lebih baik dari pengalaman manusia secara keseluruhan.
3.             Pendidikan
Pendidikan dapat bersifat formal dan juga nonformal. Pendidikan dapat mempunyai tujuan pribadi yakni pengembangan individu, namun juga bisa mempunyai tujuan sosial yakni transformasi sosial dan pengembangannya
4.             Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan agama kristen merupakan bagian dari pendidikan secara umum karena ia bersifat pendidikan secara umum
Hubungan PAK Dengan Psikologi
Teori belajar dan perkembangan yakni bahwa PAK sebagaimana usaha pendidikan tentu saja mengharapkan peserta didik dapat belajar untuk kemudian mengalami perubahan dalam imannya dan yang kedua ialah berhubungan erat dalam bidang teori-teori perkembangan manusia.
Pandangan Beberapa Ahli Psikologi dan Implikasinya Bagi PAK
·                     Pelajaran menuntut minat yang sungguh-sungguh
·                     Pelajaran menuntut latihan praktis
·                     Perlu memperhatikan watak usia peserta didik kita
·                     Pelajaran sangat perlu dipengaruhi oleh emosi
·                     Pelajaran ada segi sosialnya
·                     Pelajaran menuntut daya pendorong yang baik
·                    Proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan
·                     Belajar lebih penting daripada mengajar

I.              PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN TEOLOGI
a.              Periode pada Waktu PAK merasa tidak perlu akan teologi (1780-1903)
Tujuan PAK pada periode ini adalah penginjilan kepada anak-anak, maka hal yang harus dilakukan adalah menggunakan semua cara untuk menghasilkan pertobatan pada anak-anak. Sebelum pertobatan seperti itu terjadi, maka anak dianggap bukan sebagai orang kristen.
b.             Periode ketika PAK terlibat dalam kontroversi teologis (1903-1950)
Pada saat oposisi melawa tipe penginjilan, PAK berkembang terus. PAK dipaksa untuk mengalami perubahan penting. Pada mulanya oposisi hanya bersifat pendidikan, yakni metode penginjilan dalam mengajar mulai dipertanyakan, pendekatan harfiah terhadap alkitab mulai ditantang dan pengabaian prinsip-prinsip pendidikan dalam materi kurikulum juga dikritik habis-habisan.
c.              Periode ketika PAK menjadi teologi sebagai petunjuk (1950-1970)
Perubahan yang terjadi dalam PAK pada abad XX ini mengebirakan sekaligus menyedihkan. Menggembirakan karena pengenalan akan prinsip-prinsip dan pemahaman pendidikan yang bergerak dari tujuan penginjilan semata. Menyedihkan karena sesungguhnya ia ikut bertanggung jawab atas kemerosotan dari PAK menjadi pendidikan agama dan akhinya semata-mata merupakan pendidikan.
d.             Periode ketika PAK mencari bentuk relasi baru dengan teologi (1970)
Teologi yang telah menjadi ilmu yang dominan yang mempengaruhi PAK pada tahun 1950-an dan 1960-an, tidak lagi menjadi penuntun pada  tahun1970-an. Filsafat dan praktik pendidikan yang umum kembali mendapat tempat yang dihargai.
Beberapa Usul Tentang Arah Bagi Hubungan Antara PAK dan Teologi
1.             Teologi sebagai content artinya salah satu tugas utama dari pengajaran kristen adalah mengkomunikasikan iman kristen. PAK akan menjadi kosong dal lemah apabila content-nya itu tidak didasarkan pada teologi yang benar yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.             Teologi sebagai proses artinya telogi bisa mempengaruhi pemahaman kita tentang proses PAK. Dengan demikian kita dapat juga mengatakan kalau PAK hendak bergerak ke arah benar, maka diperlukan pemahaman teologis yang benar tentang iman kristen.
3.             Teologi sebagai metadologi artinya menunjukkan ide-ide teologisnya kontemporer bagi metodologi PAK.
4.             Teologi sebagai norma artinya PAK berharap untuk hidup sesuai dengan namanya, maka adalah penting untuk meneririma teologi sebagai tempat suatu yang normatif.

HASIL RESENSI
A.           KELEBIHAN
Penulis dalam buku ini membuat bahasa yang mudah dimengerti dan mudah dipahami Mahasiswa. Dan buku ini juga menyajikan pengetahuan yang sangat bermanfaat  mengenai pembimbing PAK terutama bagi  Mahasiswa Jurusan PAK.

B.            KEKURANGAN
Walaupun penulis membuat bahasa yang mudah dimengerti terkadang konflik kurang membuat semangat pembaca menjadi lebih ingin tahu dan juga terkadang alur cerita membosankan karena terlalu banyak membuat pandangan para ahli dan ilustrasinya kurang mendukung dengan alur cerita
.
C.           BIOGRAFI PENULIS

Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th. menyelesaikan pendidikan S-1 Teologi di fakultas teologi UKSW,S-2 di Moore Theological College di Sydney, Australia, dan S-3 di bidang PAK, di union Theological Seminary and Presbyterian School of christian Education, Richmond Virginia. Kini menjabat sabagai dekan fakultas Teologi UKSW, Salatiga, ketua pengurus Persetia, dan anggota Executive Commite ATESEA (Asosiasi Sekolah-sekolah Teologi di Asia Tenggara), serta Anggota Tim Pengembangan MPK (Pendidikan Agama Kristen) untuk Pengurusan Tinggi di bawah Ditjen Dikti Depkiknas.
BAB III
PENUTUP

A.           KRITIK
Gambar yang ditampilkan kurang banyak, Ilustrasi kurang banyak, sehingga menimbulkan kesan tidak seimbang dengan tulisan atau isi buku itu sendiri.

B.            SARAN

Sebaiknya ilustrasi/gambar merupakan ilustrasi/gambar faktual dari unsur cerita tersebut supaya lebih jelas apa yang dimaksud dengan ilustrasi. Sebaiknya membuat konflik yang lebih mengairahkan semangat pembaca sehingga tidak membosankan.

C.           KESAN

Kesan saya setelah membaca buku ini adalah buku ini sangat bermanfaat dan penting bagi seorang mahasiswa PAK. Serta buku ini sangat informatif dan bersifat universal.

DAFTAR PUSTAKA

Boys, Mary C. 1989. Educating in Faith : Maps  and vision San Francisco: Harper
& Row.
Burger, Peter, L, Lukman, Thomas. 1966. The Sosial Contruction of Reality.
Garden City
 Doubleday.
Bushell, Horace. 1967. Christian Nurture. New Haven, Conn : Yale University
Press.
Cully, Iris V. Terj. 1980. Dinamika Pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Preile, Paulo. 1970. Paedagogy of the Oppressed. New York: Seabury Press.
Graham, M. Rossiter, 1981. Religious Education in Australian Schools Canberra
Curiculum Development Center.
Groome. Thomas H. 1980. Christian Religious Education: Sharing Our Story and
Vision. San Fransisco : Harper.
Gangel, Kenneth  O. & Benson Warren S. 1983. Christian Education: its History
and Philosopy. Chicago : Moody Press
Schuller, David S., ed. 1993. Rethinking Christian Education: Exploration in
theory and Practice. St. Louis: Chalice Press


Tidak ada komentar:

Posting Komentar