TUGAS
PEMBIMBING PAK
ME-RESUME BUKU PEMBIMBING PAK
Dari
Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th
Disusun
Oleh :
Pahala
Mulatua Simanjuntak
15.04.11.6242
// Grup D PAK
Dosen
: Ronny Simatupang, M,Pdk
UNTUK
MEMENUHI TUGAS PEMBIMBING PAK PADA SEMESTER GANJIL
Tahun
Ajaran 2015 / 2016
KATA
PENGATAR
Sudah cuku lama ada keinginan untuk
menulis buku terutama intuk pembimbing PAK yang saya anggap menjadi toeri PAK
untuk menuntun baik mahasiswa teologi maupun pendidik (praktisi) dalam PAK untuk memahami
pertanyaan-pertanyaan mendasar (foundational questions) tentang PAK yang
mencakup hakikat (apa?), tujuan (mengapa?), konteks dan setting (dimana?)
pendekatan-pendekatan (bagaima?), kesiapan balajar (kapan?)., dan juga persepsi
diri pendidik dan persepsi tentang naradidik (siapa?) dan juga peran ilmu-ilmu
sosial dan teologi dalam PAK. Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab terlebih
dahulu sebelum kita masuk ke dalam mata kuliah lain seperti PAK kategorial
(anak,remaja/pemuda.dewasa), metode dan media PAK,psikologi dan PAK,teologi dan
PAK, dan lain-lain.
Keinginan ini antara lain didorong oleh
kenyataan bahwa sangat sedikit buku teks dalam bidang PAK yang tersedia dalam
bahasa indonesia. Pada sisi yang lain, cukup banyak program studi PAK
dikembangkan di berbagai tempat di tanah air, baik yang berada dalam
STT/Fakultas Teologi maupun secara khusus di dalam STAK.
Saya persembahkan karya sederhana dan
awal ini kehadapan pembaca, dengan harapan semoga bermanfaat menambah wawasan
mengenai disiplin PAK dan juga tugas gereja mendidik (umatnya).
Selamat menyimak
Salatigo,
Medio Mei 2007
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..........................................................................
DAFTAR ISI
.........................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
..................................................................
BAB
II : PEMBAHASAN
....................................................................
A.
HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ..................
B. TUJUAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN .....................
C. KONTEKS
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN
SETTING-SETTINGNYA ..................
D. SETTING
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ....................
DALAM SEKOLAH
................................................................
E. PENDEKATAN
DALAM PENDIDIKAN KRISTEN ...........
F. METODE
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ......
G. KOPARTNER
DALAM PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN
..................................................................................
H. HUBUNGAN
PAK DENGAN PSIKOLOGI DAN
SOSIOLOGI ...............................................................................
I. PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN DAN TEOLOGI ..............
HASIL RESENSI
..............................................................................
A. Kelebihan
.......................................................................................
B. Kekurangan
....................................................................................
BAB III : PENUTUP ...................................................................................
A. KRITIK
..........................................................................................
B. SARAN
..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................
TUGAS
PEMBIMBING PAK
ME-RESUME BUKU PEMBIMBING PAK
Dari
Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tugas gereja yang cukup
strategis adalah tugas pendidikan atau pembinaan bagi umat atau jemaatnya .
tugas ini dianggap penting karena bagaimana pun apa yang diinginkan terjadi
bagi jemaat, baik secara individu maupun komunal hanya mungkin kalau ada tugas
pendidikan atau apa pun namanya. Namun pada sisi lain, ada juga pendapat yang
mengatakan bahwa tugas pendidikan gereja tak hanya terbatas bagi komunitas
imannya saja tetapi juga bagi masyarakat misalnya dalam pendidikan perdamaian
di dalam suatu masyarakat yang dilanda konflik. Masyarakat tradisional
sekalipun, selalu ada usaha sadar ataupun tak sadar untuk mewariskan indentitas
kultural mereka dengan tujuan untuk mempertahankan indentitas kultural tersebut
agar tetap terpelihara untuk generasi-generasi berikutnya. Istilah umum “tugas
tranmisi” atau “penerusan”. Tugas pendidikan tidak hanya bertujuan utnuk
mempertahankan warisan dan identitas kultural tersebut, namun juga berkaitan
dengan pembaharuan atau transformasi dari identitas kultural tersebut agar
generasi muda dari masyarakat itu berfungsi lebih baik dalam konteks masyarakat
yang terus berubah dan berkembang.
Demikian halnya dengan komunitas agama,
selalu melekat dalam dirinya tugas mendidik baik yang sifatnya transmisif
maupun transformatif. Sifat tranmisif ini sangat penting dalam komunitas agama
apa pun, karena ada keyakinan bahwa ada ajaran yang diyakini bersifat ilahi dan
kebenaran patut dipertahankan dan dilanggengkan karena menyangkut identitas dan
komunitas agamawi tersebut. Dimensi transformatif selalu dibutuhkan, karena pemahaman
baru dan perkembangan pemikiran teologis maupun rumusan moral yang diyakini
kebenarannya. Demikian halnya dengan tugas yang sementara kita sebut dengan
istilah PAK selalu menyangkut transmisif atau reproduksi maupun transformasi
atau rekontruksi oleh karena itu matakuliah ini merupakan dasar memahami
seluruh aspek PAK, maka ia bersifat teoritis, atau dapat juga disebut teori PAK
namun mempunyai fungsi menjelaskan dan menuntun praktis PAK.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Istilah-istilah yang Berkaitan
dengan Tugas Pendidikan Gereja
Setiap
persekutuan sosial selalu mempunyai identitas kultural. Tentu saja ciri atau
identitasnya adalah kesukuan dengan budaya yang ada dalam suku itu. Berdirinya
organisasi atau persekutuan sosial
tersebut pasti mempunyai tujuan dan tugas atau visi dan misi, antara lain
memelihara dan melestarikan nilai-nilai yang menjadi cirinya. Demikian juga
gereja sebagai suatu kelompok sosial yakni persekutuan iman, pasti mempunyai
identitas (kultural) dalam hal ini yang berkaitan dengan persekutuan sosial
yang lain. Tetap ada dan hidup dengan identitasnya, tentunya telah melekat
suatu tugas gereja itu yang disebut sebagai tugas tranmisi (pewarisan)
identitasnya, serta menolong setiap warga jemaat untuk menghayati lebih mendalam identitas tersebut. Secara teologis
kita mendefenisikan geraja sebagai persekutuan orang percaya. Yang
mempersekutukan mereka adalah kepercayaannya atau imannya kepada Allah yang
menyatakan diri dalam yesus kristus. Istilah-istilah tersebut dalam bahasa
inggris adalah : Religius Education (pendidikan agama), Christian Education
(pendidikan kristen), Christian
Religious Education (pendidikan agama kristen), Christian Narture (asuhan
kristen) Religious Instruction( pengajaran agama-wi, katekese dan lain–lain.
Pendidikan dalam dimensi religius manusia ini dilakukan dari perspektif agama
Kristen dengan content (isi) mengenai kekristenan.
1.
Hakikat
PAK
1.1
Pendidikan
a.
Pendidikan
dilihat dari sudut etimologi.
Konsep pendidikan sebagaimana ditunjukkan
oleh arti etimologisnya.
·
Tiga dimensi penekanan/waktu : yakni
tekanan tentang masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Aktivitas
membimbing itu dibawa serta apa.
·
Yang telah dimilki (misalnya
pengetahuan) baik oleh pendidik maupun peserta didik, mengambil sesuatu bagi
dirinya sendiri secara sadar. Yang dimaksud dengan dimensi waktu masa kini adalah
proses ayau aktivitas yang sedang belangsung atau menemukan sesuatu. Yang
dimaksud dengan dimensi waktu masa yang akan datang adalah ke arah mana usaha
tersebut dibawa (tujuan), atau dapat juga masa depan yang hendak dituju.
·
Tiga asumsi dasar dan perhatian:
pertama, asumsi dan perhatian terhadap masa lampau. Asumsi ini melahirkan suatu
perhatian bahwa kita perlu memeliharaapa yang telah diketahui sebagai warisan
umat manusia. Akan tetapi pengetahuan itu datang kepada kita melalui masa
lampau dari umat manusia, yakni buah dari pengalaman serta percobaan-percobaan
dari manusia sebelum kita. Dalam konteks aktivitas pendidikan, modal peradaban
yang tersimpan secara khas diorganisasikan dalam tradisi-tradisi pengetahuan
serta disiplin-disiplin ilmu. Kita dimotivasikan untuk mendidik agar melalui
warisan masa lampau dari umat manusia, kita dapat membangun masa kini dan masa
depan bagi kita maupun peserta didik kita. Kedua, Oleh karena itu, pengetahuan
sebagai suatu kemungkinan harus dipahami/diambil bagi diri sendiri melalui
proses masa kini. Mereka yang lebih bijak akan mengakui bahwa untuk sungguh
menjadikan pengetahuan seperti itu sebagai miliknya sendiri, peserta didik
harus masuk ke dalam suatu perjumpaan aktif pada masa kini dengan warisan masa
lampau tersebut. Dari pengalaman masa kini kita dapat juga mengetahui apa yang
belum diketahui sebelumnya (pengetahuan baru), pengetahuan baru harus dihargai
dan dipromosikan. Oleh sebab itu, pengalaman masa kini menambah jumlah warisan
pengetahuan. Ketiga, asumsi dan perhatian akan masa depan. Sebagaimana sudah
dikatakan bahwa dalam semua aktivitas pendidikan ada suatu dimensi yang belum
dicapai, yakni suatu aktivitas membimbing keluar menuju pada proses mengetahui
yang belum direalisasikan. Asumsi yang menggarisbawahi dimensi kegiatan
pendidikan ini adalah jika kita hendak mencapai masa depan yang berguna, maka
kita harus mendidik ke arah itu.
1.2
Agama
dan Pendidikan Agama Kristen.
Defenisi tentang
agama disebabkan oleh dua hal. Pertama adanya tradisi agama yang bermacam-macam
(berbeda-beda). Kedua, adanya disiplin akademik yang bermacam-macam yang
berusaha memahami fenomena agama tersebut. Manusia pada dasarnya selalu mencari
yang supranatural atau kesadaran religius, kesadaran akan adanya supranatural
ini dan relasi dengannya mereka itu, diberi wujud dalam bentukyang
bermacam-macam, dan agama berurusan dengan hal-hal tersebut.
1.3 Istilah
Kristen Dalam Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan agamawi tersebut dilakukan
oleh dan dari tradisi agamawi tertentu,maka tradisi agamawi itulah yang
seharusnya menamai dan mencirikan pendidikan agamawi tersebut. Jika pendidikan
agamawi tersebut dilakukan oleh dan dari dalam tradisi agamawi tertentu, maka
tradisi agamawi itukah yang seharusnya menamai usaha pendidikan agamawi
tersebut adalah: Pendidikan Agama Kristen. Jadi makna kata kristen dalam
istilah pendidikan agamawi kriste di sini adalah bahwa pendidikan agamawi itu
dilakukan oleh persekutuan iman kristen (orang kristen) dari perspektif agama
kristen.
B.
TUJUAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pengertian
Tujuan PAK
Dibagi atas 3 konsep yaitu :
·
Aims adalah tujuan yang diusahakan untuk
dicapai pada akhirnya (secara mutlak) misalnya tujuan usaha pendidikan di dalam
gereja adalah untuk menolog aggota-aggota gereja bertumbuh menuju kedewasaan
kristen.
·
Goals adalah tujuan yang hendak dicapai
dalam jangka waktu tertentu- kegiatan pendidikan yang dilakukan dalam jangka
waktu tiga bulan, satu bulan atau beberapa kali pertemuan.
·
Objectives adalah tujuan yang hendak
dicapai dalam suatu proses belajar-mengajar dalam satu kali tatap muka.
Dalam rangka memahami tujuan akhir aims dari PAK,
pertama-tama Groome mempertanyakan “ apakah sesungguhnya maksud Allah bagi
manusia dan seluruh ciptaan ini?” bahwa jawaban itu disebut sebagai metapurpose
dari PAK. Dalam rangka itu konsep alkitabiah yang menggambarkan maksud Allah
bagi manusia dan seluruh ciptaan_Nya. Dan memilih konsep Kerajaa Allah sebagai
konsep kunci. Maka metepurpose dari PAK dapat dirumuskan bahwa, tujuan akhirnya
adalah agar manusia menjalani hidupnya sebgai respons terhadap kerajaan Allah
di dalam Yesus Kristus.
1.
Kerajaan
Allah di dalam Perjanjian Lama
Kerajaan
Allah berarti pemerintahan maupun kekuasaan Allah yang aktual di dunia baik
sebagai pencipta maupun pemelihara_Nya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
Allah peduli atau menaruh perhatiaan kepada ciptaan_Nya. Kel 15:18; mzm 145:13;
mzm 47:3; yer 10:7-10. Penggenapan kerajaan Allah akan berarti pemenuhan dari
semua
keinginan
dan kebutuhan manusia yang autentik, yakni bahwa Allah menghendaki kasih,
keadilan, dan kemenangan yaitu suatu akhir dari segala penderitaan manusia. Yes
25:6-8; yes 2:4; mzm 98:1-2. Visi Allah untuk semua ciptaan untuk semua ciptaan
adalah bahwa segala sesuatu akan berada di bawah pemerintahan Allah yang
sempurna dimana akan terjadi: perdamaian, keadilan, kebagiaan dan kebebasan.
Pemerintahan Allah ini akan terjadi sebagai suatu anugerah oleh kuasa Allah.
Artinya bahwa Allahlah yang menghadirkan kerajaan Allah serta menyelamatkan
manusia. Namun kerajaan Allah menuntut respon tertentu dari manusia, maka jika
umat Allah hendak hidup dalam hubungan perjanjian dengan Allah, mereka harus
hidup sesuai dengan kehendak Allah. Yes 58:6-7
2.
Kerajaan
Allah Dalam Pemberitaan Tuhan Yesus
Tuhan
Yesus dalam pemberitaan_Nya, Allah aktif menghadirkan Kerajaan Allah. Karena
itu, ia tidak hanya memberitakan Kerajaan Allah, tetapi malah menghubungkan
Kerejaan Allah dengan pelayanan maupun dengan pribadi_Nya. Ia menunjuk kepada
tanda-tanda ajaib sebagai bentuk yang kelihatan dan bersifat fisik dari
kehadiran Kerajaan Allah. Ia mengajarkan hukum kasi sebagai hukumutama dalam
Kerajaaan Allah. Salah satu respon yang cocok untuk Kerajaan Allah adalah
metanoia (pertobatan) yakni suatu perubahan dalam hati melalui cara hidup yang
sesuai. Hal ini merupakan perintah bagi manusia untuk mengasihi dan melayani
sesama seperti yang dikendaki Allah. Tetapi ia memerintahkan mereka untuk
mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya (mat 6:33). Berarti juga kita
perlu memberitakan apa yang diberitakan Tuhan Yesus, yakni tentang Kerajaan
Allah sendiri.
3.
Kerajaan
Allah dalam Teologi-teologi Kontemporer
Iman
Kristen
Memiliki tiga dimensi yang esensial
yakni :
a.
Suatu keyakinan/kepercayaan
b.
Suatu hubungan mempercayakan diri
c.
Suatu kehidupan yang dijalani dalam
kasih agape
Iman
sebagai Kepercayaan
Iman kristen
mempunyai dimensi kepercayaan apabila ia mendapatkan perwujudannya dalam
kehidupan manusia. Iman kristen menghendaki agar didalamnya ada suatu keyakinan
dan percaya tentang kebenaran-kebenaran yang diakui sebagai esensi dalam iman
kristiani.
Iman
sebagai Tindakan
Dalam
injil matius Tuhan Yesus mengatakan bahwa bukan mereka yang berseru pada Tuhan yang
akan selamat, melainkan mereka yang melaksanakan kehendak_Nya. Dalam dimensi
tindakan ini memperoleh perwujudan dalam kehidupan yang dijalani dalam kasih
agape yakini mengasihi Allah dengan jalan mengasihi sesama manusia. Iman
kristen yang dihayati dengan benar, menutut tindakan atau pelaksanaan dari apa
yang diketahui. Dengan kata lain iman ada dalam tindakan, yakobus mengatakan
bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (yak 2:26). Dengan demikian, iman
kristen sekurang-kurangnya mempunyai tiga aktivitas esensial: mempercayai,
menyakini, dan bertindak. Dimensi bertindak ditunjukkan oleh kalimat yang dihayati
hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan selaku
anggota tubuh krsitus yang hidup.
C.
KONTEKS
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN SETTING-SETTINGNYA
Identitas pribadi dan sosiolisasi
Lingkungan sosial mempunyai pengaruh
yang kuat dalam pembentukan identitas diri seseorang. Beberapa konsep
pembentukan identitas diri. Pertama, eksternalisasi. Sebagai manusia kita tidak
dapat hidup sebagai unit-unit yang dapat berdiri (serba lengkap) dalam ruang
lingkup tubuh kita. Untuk mengeksternalisasikan diri sendiri,
kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan dan kapasitas serta kemungkinan kita,
kita harus masuk bersama-sama denga orang lain ke dalam kolektivitas. Kedua,
obyektivikasi. Struktur sosial dan pola-pola budaya hasil dari aktivitas
eksternalisasi merupakan realitas sosial yang menciptakan batasan-batasan
tertentu dimana anggota-anggotanya diharapkan bertingkah laku. Ketiga,
internalisasi. Setelah mengeksternalisasikan sendiri ke dalam kebudayaan dan
masyarakat itu hidup nilai-nilai kebudayaan dan masyarakat itu hidup dari
dirinya sendiri, maka penguatan serta pembatasan-pembatasan dunia ini sekarang
dibawa kepada kesadaran dan menjadi milik seseorang secara pribadi. Pola
bertindak dari lingkungan sosial budaya menjadi milik sendiri adalah proses
internalisasi. Hal inilah yang menjadi dasar dari identitas diri
Setting
PAK dalam Keluarga
Keluarga itu merupakan setting pertama
dan utama dalam PAK. Karena peran orang tua dalam mengasuh anak-anaknya adalah
sangat penting. Ketika orang tua menjalankan peranan pendidikannya terhadap anak,
ia sendiri belajar untuk bertumbuh dalam iman di dalam dimensi tindakan atau
sikap bahkan pengetahuan.
1.
Landasan
Teologis dari Keutamaan Hak dan Kewajiban Orang Tua
Ulangan
pasal 6:1-7 mengatakan mereka sendiri harus berpegang dan menjalankan
hukum-hukum Tuhan itu. Tetapi selanjutnya ada keharusan pula untuk
mengajarkannya kepada anak-anaknya berulang kali dan membicarakannya dalam pada
waktu ia duduk di rumah atau sedang dalam perjalanan, apabila sedang berbaring
atau bangun. Amsal 1:8 “ Hai anakku, dengarkanlah didikan ayamhmu, dan jangan
menyia-yiakan ajaran ibumu”. Orang tua tidak hanya mempunyai kewajiban tetapi
sekaligus berhak untuk mendidik anak-anaknya artinya tidak ada lembaga lain
yang melebihi hak orang tua dalam mendidik anak-anaknnya. Inilah landasan
filosofid teologis dari keutamaan hak dan kewajiban orang tua dalam mendidik
anak-anaknya.
2.
Peranan
yang Strategis Dari PAK dalam setting Keluarga
Pertama,
ilmu-ilmu sosial mengklaim bahwa ligkungan sosial itu mempunyai pengaruh yang
kuat dalam membentuk identitas diri seseorang. Dalam sosialisasi primer ini
kita artikan sebagai proses pembentukan identitas diri seorang. Kedua,
berkaitan dengan setting dimana PAK terjadi yakni keluarga kristen. Agar tejadi
sosiolisasi yang efektif, orang tua harus menjadi model yang baik dari iman
kristen agar menjadi panutan yang efektif bagi internalisasi sistem
kepercayaan, nilai, dan pola tingkah laku kristiani.
3.
Peranan
Gereja Terhadap PAK Dalam Setting Keluarga
Pada
level jemaat lokal maupun secara bersama-sama gereja perlu melakukan sesuatu
untuk memungkinkan para orang tua memainkan peranannya dengan baik sebagai
pendidik utama bagi anak-anak mereka.
Gereja pelu melakukan usaha-usaha untuk menolong para orang tua memainkan
peranannya sebagai pendidik utama bagi anak-anak mereka. Hal ini biasa dikenal
dengan Parenting Education.
4.
Hal-hal
Praktis yang Dapat Dilakukan Orang Tua Dalama Setting Keluarga
Keluarga
kristen adalah tempat yang terbaik untuk terjadinya proses sosialisasi primer
bagi anak-anak kisten. Sifanya formal berupa pengajaran orang tua bagi
anak-anaknya. Berikut contoh praktis tentang apa yang dilakukan orang tua dalam
mendidik anaknya di rumah. Pertama, orang tua perlu menciptakan suatu iklim
yang biasanya disebut “home” bagi anak-anaknya diman ada suasana kehangatan dan
kasih serta penerimaan terhadap anak-anaknnya sebagaimana adanya. Kedua, dari
hari ke hari orang tua perlu menjadi model yang dapat dicontoh dalam tingkah
laku yang sesuai dengan nilai-nilai kristen baik dalam perlakuan terhadap
sesama aggota keluarga maupun terhadap orang-orang lain yang dapat dialami dan diamaati
oleh sang anak. Ketiga, orang tua mengusahakan kesempatan diman kepercayaan dan
nilai-nilai kristen diekspresikan. Keempat, semua yang telah dikemukakan dari
pertama sampai ketiga mungkin lebih cocok untuk proses sosialiasi.
Setting
PAK Dalam Jemaat
Setting gereja terjadi dalam beberapa
bentuk seperti jemaat loka, gereja-gereja pada aras interdenominasi. Pada
jemaat lokal, karena disanalah usaha PAK berjalan dalam basis yang rutin setiap
minggu bahkan tiap hari.
1.
Landasan
Teologis Dari Gereja sebagai Setting PAK
Konsep ini menekankan soal keterkaitan
atau keterhubungan orang percaya satu sama lainnya bagaikan hubungan antara
satu anggota tubuh dengan anggota tubuh yang lain. 1 kor 12. Ketika Tuhan Yesus
memanggil para murid_Nya, maka kelompok murid ini dapat kita sebut embrio dari
generasi kristen, disan apun mandat pendidikan itu sudah ada. Tuhan Yesus tidak
hanya sekedar memanggil murid-Nya untuk mengikuti dia tetapi mendidik dan
mempersiapkan mereka untuk kelak menjadi pendidik di kemudian hari. Di dalam
konsep gereja sebagai Tubuh Kristus terjadi banyak hal termasuk tugas
pendidikan yang memungkinkan pertumbuhan anggota secara pribadi tetapi juga
pertumbuhan jemaat secara bersama-sama ef 4:11-16.
2.
Gereja
Dalam Arti jemaat Lokal Sebagai Setting PAK
Yang
dimaksud dengan jemaat lokal di sini adalah persekutuan-persekutuan orang-orang
percaya yang terikat dalam suatu organisasi pada tingkat lokal. Jemaat lokal
sebagai setting PAK harus dilihat sebagai kumpulan orang-oranng percaya yang
berinteraksi denganberbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
Allah dari jemaat_Nya. Yakni demi transmisi iman kristen dan menolong
pertumbuhannya yang penuh dalam diri warga gereja.
3.
Bentuk-bentuk
PAK Dalam Setting Jemaat Lokal
Perlu
dikembangkan PAK kategorial (PAK Anak-anak, PAK Remaja dan pemuda serta PAK
Orang dewasa, persekutuan ibu-ibu) dalam
D.
SETTING
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DALAM SEKOLAH
Sekilas Sejarah Pendidikan Agama di
sekolah Pemerintah
1.
Periode
Prasekolah Pemerintah (Negeri)
Dalam
periode prasekolah pemerintah, pendidikan diselenggarakan oleh badan-badan
agamawi mempunyai sistem pendidikan khusus yang bertujuan untuk mentransmisikan
tradisi agamanya atau tujuan proseselitisasi. Berikut ini berbagai sistem
organisasi. Pertama, sistem pendidikan Hindu dan Buddha. Agama Hindu dan Budha
telah dianut oleh banyak oleh banyak orang indonesia sejak abad pertama. Dapat
dikatakan bahwa, pendidikan yang diberikan oleh guru-guru agama bertujuan untuk
mempromosikan atau meningkatkan kehidupan agamawi dalam diri anggota
persekutuan agamawi khususnya generasi muda. Diselenggarakan dalam sebuah
bangunan yang disebut padepokan;dibangun di sekitar candi dengan fungsi yang
bermacam-macam. Kedua, sistem pendidikan islam. Agama islam diperkenalkan
kepada orang indonesia oleh pedagang-pedagang arab, india dan persia. Tujuannya
adalah untuk mendidik kader-kader yang kelak menjadi pembawa panji islam, ada
juga sistem pendidikan islam yang muncul sekitar abad XX yang disebut madrasah
khususnya bagi anak-anak. Ketiga, sistem pendidikan kristen. Kekristenan di
indonesia dibawa oleh para misionaris eropa yang datang bersama dengan pedagang
eropa, yang tujuan utama untuk berdagang tetapi kemudian menetap bahkan
menjajah indonesia. Sekolah-sekolah ini dipandang sebagai alat proselitisasi.
Oleh karena itu, setiap misionaris adalah guru agama dan juga guru sekolah.
Dalam bidang pendidikan VOC mendirikan sekolah rakyat tiga tahun dan memilki
kantornya sendiri. Tujuan utama dari sekolah-sekolah ini adalah mendidik
pekerja-pekerja yang kompeten untuk kegiatan perusahaan dan juga memajukan
kekristenan.
2.
Periode
pemerintahan Hindia Belanda (1848-1942)
Pemerintahan
mulai melakukan kegiatan pendidikan dengan sekolah dasar tiga tahun (1848), SMU
dan Teknik (1860) dan SPG (1870) dan berkembangnya Departemen pendidikan pada
tahun 1867 dan pemerintahan yang sebenarnya telah dimulai. Pada periode 1871
Pemerintahan hindia belada memutuskan bahwa agama tidak boleh diajarkan sebagai
salah satu mata pelajaran di sekolah pemerintahan.
3.
Periode
pendudukan Jepang (1942-1945)
Pendidikan
agama terhenti sama sekali dalam semua bentuk sekolah.
4.
Periode Kemerdekaan 1945 Hingga Kini
Menyerahnya
jepang, pendidkan nasioanl mulai diperkenalkan dan sekolah negeri pun
didirikan. Pendidikan agama di sekolah negeri dicirikan oleh pergulatan antara
kekuatan-kekuatan sosial politik dalam masyarakat dan parlemen.
Sifat
Pendidikan Agama Dalam Sekolah
Sifat atau karakter dari pendidikan
agama dalam sekolah. Kita telah melihat di atas bahwa dalam negara-negara barat
sekuler, pendidikan agama seperti yang kira mengerti di indonesia tidak ada
tempat dalam kurikulum sekolah. Atas dasar itu, maka kita dapat menggolonggkan
jenis pendidikan agama dalam sekolah negeri dalam dua kategoti besar yaitu :
·
Apa yang dapat dikategorikan sebagai
pendidikan dalam iman. Kepercayaan religius, tradisi dan praktik agamawi
kolektif dari suatu kelompok umat diman kelompok itu menginditifikasikan diri
sebagai suatu persekutuan iman.
·
Apa yang bisa kita sebut education
religion. Disini dalam agama memberi kontribusi terhadap pendidikan umum
peserta didik. Dengan berbekal pengetahuan tentang apa mereka mungkin dapat
mempertimbangkan bahwa agama adalah suatu bentuk pengetahuan dan pengalaman
serta upaya pencarian makna dalam hidup manusia.
Peranan
Strategis PAK di Sekolah
Perenan strategis keluarga jelas
terletak fungsinya sebagai tempat dimana sosialisasi primer terjadi secara
intensif yang di dalamnya mencakup kepercayaan, sistem nilai dan pola tingkah
lakuyang kristiani. Sedangkan jemaat pada pihak lain adalah tempat diman ibadah
serta kehidupan dan misi gereja paling baik disosialisasikan, melalui interaksi
anak dengan anggota gereja yang lain dalam berbagai kategori usia. Sekolah
tempat dimana proses belajar-mengajar, dalam arti formal terjadi secara
sistematis dan dalam waktu yang cukup lama dengan kurikulum yang jelas
berjenjang TK sampai PT.
PAK
di Setting Sekolah Kristen
·
Sebagai alat kesaksian dan alat
mendemostrasikan injil pemasyuran Kerajaan Allah.
·
Sebagai alat pelayanan yang terpanggil
untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan rakya baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif
·
Sebagai alat komunikasi antara gereja
dan masyrakat yakni menumbuhkan pengertian tentang keberadaan sifat dan maksud
gereja dan umat kristen dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
E.
PENDEKATAN
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pandangan
Para Penganut Pendekatan Sosialisasi
Pendekatan yang telah dikembangkan oleh
para ahli menyebutkan sekurang-kurangnnya ada lima macam cara para ahli PAK
mendekati teori dari praktik PAK. Kelima macam cara pendekatan itu diberi nama
: pengajaran agama, persekutuan iman, perkembangan, pembebasan, dan
interpretasi. Berikut pandangan pendukung dari para ahli
1)
Horace
Bushel (1802-1876)
Berpendapat
bahwa perlu di dorong untuk mengalami kontroversi pertobatan radikal dalam iman
yesus kristus. Pandangan tokoh revivalist pada waktu itu adalah sebagai
berikut: oleh karena kerusakan total manusia, maka anak-anak tidak dapat
bertumbuh dalam kehidupan iman kristen, kecuali kalau mereka mengalami
peristiwa lahir baru.
2)
George
Albert Coe (1862-1951)
Berpendapat
bahwa interaksi sosial adalah inti dari PAK
bukan hanya sebagai proses melainkan juga contoh. Jadi isi yang utama
dari PAK harus ditemukan dalam relasi-relasi dan interaksi-interaksi masa kini
antara orang-orang.
3)
Ellis
Nelson
Berpendapat
bahwa suatu persekutuan iman ditemukan
dalam suatu persekutuan orang-orang percaya yang menyadari dirinya dan cukup
permanen di suatu tempat yang memungkinkan adanya hubungan tatap muka antara
satu anggota dengan anggota lainnya dalam situasi, dan cukup stabil untuk
berfungsi sebagai kelompok bersama.
Pendekatan Model Sekolah-Pengajaran
Pada
prinsipnya, PAK yang menggunakan model
atau paradigma sekolah-pengajaran meniru persis apa yang terjadi dalam setting
pendidikan formal yang namanya sekolah, dimana terjadi pendidikan dalam bentuk
pengajaran. Ciri dari pengajaran sekolah adalah dengan menyebutkan struktural,
maka factor guru, materi pelajar, dan lingkungan memang selalu harus ada.
Identitas diri dibentuk lingkungan sosial dengan siapa kita berinteraksi, maka
kita mau mengembangkan identitas diri yang kristen dibutuhkan proses
sosialisasi yang juga bernuansa kristen. Namun harus disadari bahwa ini ada
batasnya. Tidak ada satu persekutuan agamawi pun yang sempurna. Dengan demikian
pendekatan dialektis menghindarkan kita dari kekurangan pendekatan sosialisasi
secara ekstrim, maupun kelemahan pendekatan sekolah pengajaran secara ekstrim
pula.
F.
METODE
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pengertian
dan Pentingnnya Metode Dalam PAK
Apakah
mengajar itu?
Pendidikan secara umum kadang dianggap
sebagai ilmu tetapi sesungguhnya merupakan gabungan dari unsur ilmu dan seni.
Jadi mengajar yang sesungguhya adalah bagaikan penciptaan kondisi-kondisi yang
memungkinkan orang lain belajar, jadi apa yang dilakukan oleh guru atau
pengajar adalah menyajikan materi atau bahan dan menciptakan lingkungan yang
kondusif (mendukung), utnuk terjadinya proses belaja di dalam diri peserta
didik. Sudah tentu pengajar atau guru perlu terus belajar sementara ia juga
mengajar. Jadi tidak hanya murid yang belajar untuk diri mereka sendiri tetapi
guru juga harus belajar bagi dirinya sendiri. Berikut beberapa metode yang
dipakai oleh Tuhan Yesus.
·
Metode Ceramah
Tuhan Yesus berusaha Menyampaikan pengetahuan kepada
murid-muridnya atau menafsirkan pengetahuan tersebut.( mat 5:7) (mat 10:7) (mat
5-6) (mat 10:40-42)
·
Menghapalkan
·
Dialog
Yesus sering mengajukan pertanyaan
yang sebelumnya diajukan kepada_Nya.
(yoh 4)
·
Studi Kasus
Perumpamaan-perumpamaan yang
diceritakan oleh Tuhan Yesus sesungguhnya merupakan studi kasus.
·
Perjumpaan
“tetapi apa katamu, siapakah Aku
ini?”
·
Perbuatan Simbolis
Cerita dan Bercerita Dalam PAK
Dikategorikan
untuk kelompok besar dan kelompok kecil.
Untuk kelompok kecil misalnya: brain-storming, buzz group, studi kasus,
diskusi, pendidikan agama, induktif, dan lain-lain. Sedangkan metode yang cocok
untuk kelompok besar misalnya: ceramah, debat, demonstrasi, drama, role play,
dan lain-lain.
1.
Apakah cerita itu?
a.
Permulaan yang berfungsi untuk memikat
perhatian pendengar.
b.
Perkembangan yang membangkitkan rasa
ketegangan dan rasa ingi tahu yang semakin meningkat mengenai akhir cerita.
c.
Pemecahan atau klimaks yang merupakan
puncak dari cerita yakni saa rahasia terbuka.
d.
Penyelesaian atau penutup yang singkat
yang megakhiri pergumulan dalam cerita dengan cara yang membuat pendengar
merasa puas dan lega.
2.
Apakah
Manfaat Cerita?
Yakni untuk menikamati sebagai
cerita dan untuk menyampaikan konsep ajaran dalam bentuk cerita.
3.
Bagaimana
Menyajikan Cerita Alkitab Kepada Siswa Usia Anak (SD)?
a.
Guru harus mengenal cerita itu ( kita
tidak dapat mengajarkan sesuatu yang kita sendiri belum mengetahuinya)
b.
Guru harus percaya kebenaran cerita itu
(kita tidak menyakinkan orang lain untuk hal yang kita sendiri tidak yakin)
c.
Guru harus menghargai cerita itu ( kita
tidak bisa membuat siswa tertarik kepada apa yang tidak menarik bagi kita)
d.
Cerita harus diceritakan dan bukan hanya
dibacakan kepada siswa ( bagi siswa umumnya, cerita yang disampaikan dengan
cara dibacakan, adalah kurang hidup dan kurang menarik perhatian.
e.
Cerita harus disampaikan secara hidup
dan penuh semangat. Apabila pengajar belum bisa membayangkan sendiri, tidak
mungkin peristiwa-peristiwa dalam cerita dapat digambarkan secara hidup kepada
siswa.
Cara Menyampaikan Cerita Dengan
Cara yang Hidup
a.
Perhatikan soal-soal teknis biasa.
·
Pakailah kata-kata dan susunan kalimat
yang sederhana
·
Pakailah suara yang enak didengar
·
Bercerita hendaknya jangan terlalu cepat
·
Mulailah dengan permulaan yang menarik
perhatian para siswa.
b.
Usahakan supaya ada cukup variasi
·
Bercritalah dengan cara yang baik
seolah-olah sedang melihat sendiri.
·
Ambil lah peranan para pelaku dalam
cerita itu.
c.
Cobalah membuat cerita menjadi terasa
rill bagi siswa
·
Kata-kata dan nada suara dapat
menimbulkan daya tarik
·
Gerakkan daya kayal siswa.
G.
KOPARTNER
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Peserta Didik Dalam PAK Peserta didik
adalah saudara sepengembaraan dalam kurun waktu tertentu bersama dengan kita
sebagai pendidik. Semua mereka mempunyai cerita/pandangan hidup sendiri dan
juga tujuan sendiri.
1.
Peserta
Didik Adalah Subyek dan Bukan Obyek
Peserta
didik kita harus diperlukan sebagai subyek terutama karena kita percaya sesuai
dengan antropologi alkitab bahwa semua orang diciptakan menurut gamabar dan
rupa Allah. Sebagai subyek, maka perserta didik kita mempunyai hak untuk
emgatakan kata-kata mereka sendiri dan untuk memberi nama kepada realitas
mereka sendiri.
2.
Peserta
Didik Dipanggil dan Mampu Untuk Menjadi Pencipta-pencipta Sejarah
Memperlakukan peserta didik sebagai
subyek-subyek dan pencipta sejarah, menghendaki suatu pergeseran yang pokok
dalam kesadaran kebanyakan para pendidik PAK. Oleh karena itu, kita pada waktu
masih pelajar, pernah diperlakukan dengan cara bertentangan dengan apa yang
digambarkan di sini, sehingga kita cenderung meniru model, yakni mengajar sebagaimana kita dulu diajar. Tugas
kita adalah untuk memperlakukan mereka sebagai subyek dan menolong mereka
merealisasikan potensinya sebagai pencipta sejarah, demi terwujudnya
tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia ini dalam realitas sosial.
Persepsi
Tentang Pendidik Dalam PAK
Pendidik dalam PAK bukan hanya sekedar
penolong pendeta, bilamana mereka ini terlalu sibuk. Akan tetapi pada pihak
lain hak mendidik bukanlah hak khusus dari pendidik saja dalam PAK, karena
pelayanan-pelayanan lainpun sesungguhnyamempunyai kewajiban untuk mendidik.
Satu statement yang mengambarkan hal itu misalnya
a.
Setiap bentuk pelayanan di dalam gereja
yang mula-mula mempunyai tugas mewakili kristus, yang bangkit dengan pelayanan
dalam bentuk apa pun baik kepada persekutuan iman maupun dunia.
b.
Sudah ada pemahaman sejak awal bahwa
pelayanan dari pendidik adalah untuk menjadi pelayan firman, yang mempunyai
kesamaan dengan penginjil dan nabi.
c.
Kita perlu mengigat bahwa jikalau kita
hendak memenuhi dimensi inkarnasi dari tugas pelayanan kita, maka firman itu
harus diterapkan dalam hidup kita terlebih dahulu.
d.
Peranan kita sekali lagi bukan
mengganti, tetapi mewakili kristus.
Maka
tanggung jawab kita sebagai pendidik dalam konteks ini adalah :
·
Menhadirkan the story artinya mempunyai
dimensi keimanan
·
Untuk menawarkan atau mengusulkan visi
artinya kita harus tetap berada dalam dialektis tersebut yakni antara
kontroversi dan pembebasan dan juga suatu usaha untuk mempertahankan kesetiaan
yang mendua kepada aoa yang sudah ada dan apa yang belum.
·
Untuk memilih kehidupan yang bermakna
artinya pengakuan akan keberkatan dan potensi dari eksistensi manusia.
Kehidupan adalah untuk diakui, dipilih, dijalani, dan dinikmati dalam kepenuhan
sukacita.
H.
HUBUNGAN
PAK DENGAN PSIKOLOGI DAN SOSIOLOGI
1.
Agama
Agama
adalah suatu dorongan dan visi yang tertinggi dari seorang individu. Agama
memperoleh mitos, ritual, dan aturan. Agama mempunyai akar dalam pengalaman
manusia yang kongkret
2.
Psikologi
Tujaun
dari psikologi adalah untuk menemukan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan
generalisasi tentang orang atau manusia, yang akan membawa kita kepada suatu
pemahaman yang lebih baik dari pengalaman manusia secara keseluruhan.
3.
Pendidikan
Pendidikan
dapat bersifat formal dan juga nonformal. Pendidikan dapat mempunyai tujuan
pribadi yakni pengembangan individu, namun juga bisa mempunyai tujuan sosial
yakni transformasi sosial dan pengembangannya
4.
Pendidikan
Agama Kristen
Pendidikan agama
kristen merupakan bagian dari pendidikan secara umum karena ia bersifat
pendidikan secara umum
Hubungan
PAK Dengan Psikologi
Teori belajar dan perkembangan yakni bahwa
PAK sebagaimana usaha pendidikan tentu saja mengharapkan peserta didik dapat
belajar untuk kemudian mengalami perubahan dalam imannya dan yang kedua ialah
berhubungan erat dalam bidang teori-teori perkembangan manusia.
Pandangan Beberapa Ahli Psikologi dan
Implikasinya Bagi PAK
·
Pelajaran menuntut minat yang
sungguh-sungguh
·
Pelajaran menuntut latihan praktis
·
Perlu memperhatikan watak usia peserta
didik kita
·
Pelajaran sangat perlu dipengaruhi oleh
emosi
·
Pelajaran ada segi sosialnya
·
Pelajaran menuntut daya pendorong yang
baik
·
Proses belajar-mengajar harus dilakukan
dengan berbagai metode dan pendekatan
·
Belajar lebih penting daripada mengajar
I.
PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN DAN TEOLOGI
a.
Periode pada Waktu PAK merasa tidak
perlu akan teologi (1780-1903)
Tujuan
PAK pada periode ini adalah penginjilan kepada anak-anak, maka hal yang harus
dilakukan adalah menggunakan semua cara untuk menghasilkan pertobatan pada
anak-anak. Sebelum pertobatan seperti itu terjadi, maka anak dianggap bukan
sebagai orang kristen.
b.
Periode ketika PAK terlibat dalam
kontroversi teologis (1903-1950)
Pada
saat oposisi melawa tipe penginjilan, PAK berkembang terus. PAK dipaksa untuk
mengalami perubahan penting. Pada mulanya oposisi hanya bersifat pendidikan,
yakni metode penginjilan dalam mengajar mulai dipertanyakan, pendekatan harfiah
terhadap alkitab mulai ditantang dan pengabaian prinsip-prinsip pendidikan
dalam materi kurikulum juga dikritik habis-habisan.
c.
Periode ketika PAK menjadi teologi
sebagai petunjuk (1950-1970)
Perubahan
yang terjadi dalam PAK pada abad XX ini mengebirakan sekaligus menyedihkan.
Menggembirakan karena pengenalan akan prinsip-prinsip dan pemahaman pendidikan
yang bergerak dari tujuan penginjilan semata. Menyedihkan karena sesungguhnya
ia ikut bertanggung jawab atas kemerosotan dari PAK menjadi pendidikan agama
dan akhinya semata-mata merupakan pendidikan.
d.
Periode ketika PAK mencari bentuk relasi
baru dengan teologi (1970)
Teologi yang
telah menjadi ilmu yang dominan yang mempengaruhi PAK pada tahun 1950-an dan
1960-an, tidak lagi menjadi penuntun pada
tahun1970-an. Filsafat dan praktik pendidikan yang umum kembali mendapat
tempat yang dihargai.
Beberapa
Usul Tentang Arah Bagi Hubungan Antara PAK dan Teologi
1.
Teologi sebagai content artinya salah
satu tugas utama dari pengajaran kristen adalah mengkomunikasikan iman kristen.
PAK akan menjadi kosong dal lemah apabila content-nya itu tidak didasarkan pada
teologi yang benar yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.
Teologi sebagai proses artinya telogi
bisa mempengaruhi pemahaman kita tentang proses PAK. Dengan demikian kita dapat
juga mengatakan kalau PAK hendak bergerak ke arah benar, maka diperlukan
pemahaman teologis yang benar tentang iman kristen.
3.
Teologi sebagai metadologi artinya
menunjukkan ide-ide teologisnya kontemporer bagi metodologi PAK.
4.
Teologi sebagai norma artinya PAK
berharap untuk hidup sesuai dengan namanya, maka adalah penting untuk
meneririma teologi sebagai tempat suatu yang normatif.
HASIL
RESENSI
A.
KELEBIHAN
Penulis
dalam buku ini membuat bahasa yang mudah dimengerti dan mudah dipahami Mahasiswa.
Dan buku ini juga menyajikan pengetahuan yang sangat bermanfaat mengenai pembimbing PAK terutama bagi Mahasiswa Jurusan PAK.
B.
KEKURANGAN
Walaupun
penulis membuat bahasa yang mudah dimengerti terkadang konflik kurang membuat
semangat pembaca menjadi lebih ingin tahu dan juga terkadang alur cerita
membosankan karena terlalu banyak membuat pandangan para ahli dan ilustrasinya
kurang mendukung dengan alur cerita
.
C.
BIOGRAFI
PENULIS
Pdt. Dr. Daniel Nuhamara,
M.Th. menyelesaikan pendidikan S-1 Teologi di fakultas teologi UKSW,S-2 di
Moore Theological College di Sydney, Australia, dan S-3 di bidang PAK, di union
Theological Seminary and Presbyterian School of christian Education, Richmond
Virginia. Kini menjabat sabagai dekan fakultas Teologi UKSW, Salatiga, ketua
pengurus Persetia, dan anggota Executive Commite ATESEA (Asosiasi
Sekolah-sekolah Teologi di Asia Tenggara), serta Anggota Tim Pengembangan MPK
(Pendidikan Agama Kristen) untuk Pengurusan Tinggi di bawah Ditjen Dikti
Depkiknas.
BAB
III
PENUTUP
A.
KRITIK
Gambar yang ditampilkan
kurang banyak, Ilustrasi kurang banyak, sehingga menimbulkan kesan tidak
seimbang dengan tulisan atau isi buku itu sendiri.
B.
SARAN
Sebaiknya ilustrasi/gambar
merupakan ilustrasi/gambar faktual dari unsur cerita tersebut supaya lebih
jelas apa yang dimaksud dengan ilustrasi. Sebaiknya membuat konflik yang lebih
mengairahkan semangat pembaca sehingga tidak membosankan.
C.
KESAN
Kesan saya setelah membaca buku ini
adalah buku ini sangat bermanfaat dan penting bagi seorang mahasiswa PAK. Serta
buku ini sangat informatif dan bersifat universal.
DAFTAR
PUSTAKA
Boys, Mary C. 1989. Educating in Faith :
Maps and vision San Francisco: Harper
& Row.
Burger, Peter, L, Lukman, Thomas. 1966.
The Sosial Contruction of Reality.
Garden City
Doubleday.
Bushell, Horace. 1967. Christian
Nurture. New Haven, Conn : Yale University
Press.
Cully, Iris V. Terj. 1980. Dinamika
Pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Preile, Paulo. 1970. Paedagogy of the
Oppressed. New York: Seabury Press.
Graham, M. Rossiter, 1981. Religious
Education in Australian Schools Canberra
Curiculum Development Center.
Groome. Thomas H. 1980. Christian
Religious Education: Sharing Our Story and
Vision. San Fransisco : Harper.
Gangel, Kenneth O. & Benson Warren S. 1983. Christian
Education: its History
and Philosopy. Chicago : Moody Press
Schuller, David S., ed. 1993. Rethinking
Christian Education: Exploration in
theory and Practice. St. Louis: Chalice
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar